Saturday, May 10, 2014

Sholat fardhu

Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tujuan Dan Kondisi Batal Sholat

A. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

B. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu ‘Ain

Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.


Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat

C. Rukun Shalat

Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku /
6. I’tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud 9. Sujud kedua
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri
13.tumakninah

D. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita

Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma’ninah.

Waktu Shalat Fardhu

Shalat Lima Waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu ‘Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab tertentu.

Shalat Lima Waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan perintah sholat ketika peristiwa Isra’ Mi’raj.

“Sesungguhnya solat itu diwajibkan atas orang-orang yang beriman menurut waktu-waktu yang tertentu” ( Q.S. An-Nisa’ :103 )

“Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”. ( Q.S. Al-Isra’ : 78 )

Dengan berkembangnya peradaban manusia, berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam beribadah khususnya shalt fardu. Saat ini kita mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu shalat dari berbagai instansi maupun organisasi antara lain; Departemen Agama, PP Muhammadiyah, PP Persis, PP Nahdatul Ulama (NU) dsb. Namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari kaidah yang sebenarnya digunakan untuk menentukan waktu shalat yaitu “Pergerakan Matahari ” dilihat dari bumi.

Sebelum manusia menemukan hisab/perhitungan falak/astronomi, pada zaman Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. lalu berkembang dengan dibuatnya jam suria serta jam istiwa atau jam matahari dengan kaidah bayangan matahari.

Dari sudut fiqih waktu shalat fardhu seperti dinyatakan di dalam kitab-kitab fiqih adalah sebagi berikut :

Shubuh, terdiri dari 2 raka’at Waktu Subuh Waktunya bermula dari terbit fajar sidiq sehingga terbit matahari (syuruk). Fajar sidiq ialah cahaya putih yang melintang mengikut garis lintang ufuk di sebelah Timur. Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut “fajar kidzib”. Lalu kemudian menyebar di cakrawala (secara horizontal), dan ini dinamakan “fajar shiddiq”. Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari sebesar s° di bawah horizon Timur sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk Mar’i). Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut S sebesar 20° di bawah horison Timur.
Bagi pemula : Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya matahari.
Zhuhur, terdiri dari 4 raka’at .Waktu Zuhur Disebut juga waktu istiwa’ (zawaal) terjadi ketika matahari berada di titik tertinggi. Istiwa’ juga dikenal dengan sebutan “tengah hari” (midday/noon). Pada saat istiwa’, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah) adalah haram. Waktu zhuhur tiba sesaat setelah istiwa’, yakni ketika matahari telah condong ke arah barat. Waktu “tengah hari” dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zhuhur dimulai ketika tepi “piringan” matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di titik tertinggi (istiwa’). Secara teoretis, antara istiwa’ dengan masuknya zhuhur membutuhkan waktu 2,5 menit, dan untuk faktor keamanan, biasanya pada jadwal shalat, waktu zhuhur adalah 5 menit setelah istiwa’ (sudut z°).
Bagi pemula : Waktu Zhuhur diawali jika matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
Khusus pada hari Jum’at, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jum’at di masjid secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Shalat Zhuhur. Shalat Jum’at tidak wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir).
Ashar, terdiri dari 4 raka’at. Waktu Ashar Menurut mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali, waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara astronomis ketinggian matahari saat awal waktu ashar dapat bervariasi tergantung posisi gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat istiwa.
Bagi pemula : Waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzab Imam Hanafi, waktu Ahsar dimulai jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari.
Maghrib, terdiri dari 3 raka’at.Waktu Maghrib Waktunya bermula apabila matahari terbenam sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat. Secara astronomis waktu maghrib dimulai saat seluruh piringan matahari masuk ke horizon yang terlihat (ufuk Mar’i) sampai kedudukan matahari sebesar m° di bawah horizon Barat. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut m sebesar 18° di bawah horison Timur.
Bagi pemula : Waktu Maghrib diawali dengan terbenamnya matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya’.
Isya’, terdiri dari 4 raka’at.Waktu ‘Isya Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya fajar shaddiq di Langit Timur. Secara astronomis, waktu Isya merupakan kebalikan dari waktu Subuh. Secara astronomis Isya dimulai saat kedudukan matahari sebesar i° di bawah horizon Barat sampai sebelum posisi matahari sebesar 20° di bawah horizon Timur.
Bagi pemula : Waktu Isya’ diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar shaddiq keesokan harinya.

Akibat pergerakan semu matahari 23,5° ke Utara dan 23,5° ke Selatan selama periode 1 tahun, waktu-waktu tersebut bergesar dari hari-kehari. Akibatnya saat waktu shalat juga mengalami perubahan. oleh sebab itulah jadwal waktu shalat disusun untuk kurun waktu selama 1 tahun dan dapat dipergunakan lagi pada tahun berikutnya. Selain itu posisi atau letak geografis serta ketinggian tempat juga mempengaruhi kondisi-kondisi tersebut di atas.


Diagram Waktu Shalat berdasarkan posisi matahari

Berdasarkan konsep waktu menggunakan posisi matahari secara astronomis para ahli kini berusaha membuat formulasi berdasarkan letak geografis dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi dalam bentuk sebuah program komputer yang dapat menggenerate sebuah tabulasi data secara akurat dalam sebuah “Jadwal Waktu Shalat”. Kini software waktu shalat terus dibuat dan dikembangkan diantaranya: Accurate Times, Athan Software, Prayer Times, Mawaqit, Shalat Time dsb. serta software produksi BHR Departemen Agama yang disebarluaskan secara nasional yaitu Winhisab. Program ini masih terlalu sederhana untuk kelas Nasional dan saya yakin BHR bisa membuat yang lebih baik lagi.

Cara Shalat Fardhu

Sebelum kita melakukan ibadah shalat, diwajibkan berwudhu terlebih dahulu

Berdiri menghadap ke Kiblat


lalu membaca niat shalat (cukup diucapkan dalam hati saja). sebagai contoh, kita berniat untuk shalat subuh :

Ushalli fardhas shubhi rak’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman/imaaman) lillahi ta’aala

Sesuaikan niat shalat untuk lainnya

Bertakbirul ikhram dengan membaca “Allaahu Akbar” dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga dan tatapan mata melihat ke tempat sujud.



Letakkan tangan kanan diatas tangan kiri 

Membaca doa Istiftah

ALLAAHU AKBARU KABIIRAA WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA
WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.

Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang
Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.


INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA
HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.

Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh
Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang-Orang Yang Musyrik.

INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.
Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.

LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.
Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku
Termasuk Orang-Orang Islam.

atau membaca bacaan istiftah lainnya

Sebelum membaca surat alfathkhah baca dahulu Ta’awwudz
Selesai membaca do’a iftitah, lalu membaca “ta’awwudz”. Bacaan t’awwudz hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:
A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim
(Aku berlinding kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk)

Kemudian Membaca surat Al Fatihah (bacalah basmallah dengan lirih)

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.


AL HAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.


ARRAHMAANIR RAHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.


MAALIKIYAUMIDDIIN.
Penguasa Hari Pembalasan.


IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.
Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.


IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.


SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI
‘ALAIHIM WALADHDHAALLIIN. AAMIIN.
Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.

Dilanjutkan dengan membaca surat pendek atau membaca ayat-ayat yg ada di Al-Qur’an,

dan dibaca pada raka’at pertama dan kedua saja.

Contoh : surat Al Ma’un

ara-aytalladzii yukadzdzibu biddiin
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

fadzaalikalladzii yadu”u lyatiim
Itulah orang yang menghardik anak yatim,

walaa yahudhdhu ‘alaa tha’aami lmiskiin
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

fawaylun lilmushalliin
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

alladziina hum yuraauun
orang-orang yang berbuat riya

wayamna’uuna lmaa’uun
dan enggan (menolong dengan) barang berguna

Sebelum ruku, disunnahkan untuk ber-thuma’niinah (berdiam sejenak) terlebih dahulu.

Takbir (Allaahu Akbar) dengan mengangkat tangan sejajar bahu atau telinga (gambar 04) dan dilanjutkan dengan Ruku (gambar 05) dengan posisi telapak tangan bertumpu pada dengkul seperti terlihat pada inset.

Setelah thuma’niina pada saat ruku, lalu kita membaca doa ruku

:

Subhaana robbiyal adziimu : 3x ,

Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.

atau membaca doa ruku lainnya

Bangkit dari ruku (I’tidal) dengan mengangkat kedua tangan sejajar bahu atau telinga sambil mengucapkan SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDA
Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).,

setelah berdiri tegak, letakkan tangan disamping lalu kita ucapkan:

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.

atau bacaan I’tidal lainnya ..


Dilanjutkan dengan sujud sambil bertakbir.

Posisi sujud :


Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal dan diletakkan sejajar dengan bahu atau telingan, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lambung kiri dan kanan (kecuali ketika shlat berjama’ah, kedua sikut dirapatkan ke sisi lambung). Dan jari jemari tangan dirapatkan dan menghadap kiblat, dan posisi tumit kaki dirapatkan.

Bersujudlah dengan thuma’niinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh anggota badan: kening/dahi; hidung; kedua tangan; kedua lutut dan jari jemari kedua kaki kita

pada saat sujud membaca doa :

SUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. – 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.

atau membaca doa sujud lainnya …

Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (duduk diantara dua sujud), yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan, seperti pada gambar 10 b dan posisi tangan diletakkan diatas paha seperti yang terlihat pada gambar 10 a


pada posisi ini bacalah doa :

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.

Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )-Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.atau bacaan lainnya …

Lalu sujud lagi seperti gerakan pada gambar 09.

Setelah sujud bangkitlah sambil bertakbir (duduk sejenak) dengan posisi tangan mengepal atau dengan membukanya

seperti terlihat pada gambar dibawah ini


(Pada saat kita sudah berdiri lagi, berarti kita sudah memasuki raka’at kedua)
Pada raka’at kedua kita melakukan berdiri dengan bersedekat seperti pada gambar 03,
lalu kita membaca Surat Al Fatihah, di lanjutkan dengan membaca surat pendek atau ayat-ayat Al Qur’an.
Kemudian Ruku (gerakan no. 11), I’tidal (gerakan no. 12), Sujud (gerakan no. 13), Duduk Iftirasy (gerakan no. 14), Sujud (gerakan no. 13).

Setelah sujud kedua pada raka’at kedua ini kita melanjutkan dengan gerakan Tasyahud Awal dengan posisi duduk seperti pada gambar 10 b. Namun dengan sedikit perbedaan, yaitu tangan kanan menggenggam jari tengah, manis dan kelingking, lalu jari telunjuk ditegakkan (boleh sambil jari telunjuk digerak-gerakkan).

Pada saat ini, pandangan mata harus tertuju pada telunjuk.


Pada Tasyahud awal kita membaca :

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.

Bila kita melakukan shalat dengan 2(dua) raka’at, maka kita teruskan dengan membaca Tasyahud Akhir.
Namun bila kita melakukan shalat yang raka’atnya lebih dari 2, maka Tasyahud Akhir tidak dibaca.
Melainkan dilanjutkan dengan berdiri (dengan mengucapkan takbir) dan teruskan raka’at ketiga dan seterusnya.

Pada rakaa’at ketiga dan keempat, setelah kita membaca surat Al Fatihah, langsung dilanjutkan dengan ruku (tanpa membaca surat pendek)

Adapun posisi duduk Tasyahud Akhir adalah duduk tawarruk yaitu posisi telapak kaki kanan di tegakkan, kaki kiri diletakkan dibawah kaki kanan dan pantat duduk di lantai.


Pada posisi tasyahud akhir, kita membaca doa seperti pada kita duduk tasyahud awal,
lalu diteruskan dengan membaca shalawat yang bacaannya :


ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.


ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.


ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.


ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.


ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal ) WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.


KAMAA SHALLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.


KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.


FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.
Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.

atau membaca doa lainnya

Setelah itu kita menoleh ke kanan sambil mengucapkan salam


“Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu”,
Semoga keselamatan dan rahmat diberikan atas engkau
dan menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam.

Selesai dan semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment